Aku memilih Engkau sebagai Lelakiku

Aku Lelakimu
(by Virzha)

Datanglah bila engkau menangis
Ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku, Aku Lelakimu

Mungkin pelukku tak sehangat senja
Ucapku tak menghapus air mata
tapi ku di sini sebagai lelakimu

Akulah yang tetap memelukmu erat
Saat kau berfikir mungkin kau berpaling
Akulah yang nanti menenangkan badai
Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Sudah benarkah yang engkau putuskan
Garis hidup sudah engkau tentukan
Engkau memilih aku sebagai lelakimu

Akulah yang tetap memelukmu erat
Saat kau berfikir mungkin kau berpaling

Akulah yang nanti menenangkan badai
Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Akulah yang tetap memelukkmu erat
Saat kau berfikir mungkin kau berpaling

Akulah yang nanti menenangkan badai 
Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Aku Lelakimu, Aku Lelakimu
Aku Lelakimu, Aku Lelakimu

Tahukah engkau, duhai Suamiku, semenjak menikah, lagu itu adalah lagu favorit istrimu. Lirik lagu itu entah ribuan kali kudengarkan, selalu mengingatkanku padamu. Kala diri ini tengah terpuruk dengan beban tugas domestik yang bertubi - tubi, lagu ini membantuku menenangkan diri sehingga bisa kembali fokus bertugas. Kala diri ini harus berjuang menjaga dan membersamai dua amanah yang Allah SWT titipkan pada kita, lagu ini menghiburku hingga ku bisa kembali tersenyum didepan mereka.

Ah, kala diri ini harus berpisah sementara denganmu ketika pergi dinas, sekali lagi, lagu ini selalu bisa menguatkanku dalam menjalani hari - hari sepi tanpamu, Suamiku.

Ya, engkau adalah lelaki sederhana tapi berani memiliki mimpi besar. Karenanya bagiku, engkau adalah lelaki hebat yang berani berjuang berproses melawan sisi kelammu. Karenanya pula, sebagai istrimu, diri yang penuh kekurangan ini pun turut berjuang berproses memantaskan diri sebagai istri dan ibu dari anak - anakmu.

Datanglah bila engkau menangis
Ceritakan semua yang engkau mau
Percaya padaku, Aku Lelakimu

Pada tahun - tahun awal pernikahan, pribadimu yang tertutup, pendiam, dan tidak banyak bicara, tapi ternyata sangatlah perasa itu membuatku tidak bisa bersegera mengadu padamu. Berbagi emosi dan menangis dihadapanmu adalah hal yang paling kuhindari, kala itu. Namun engkau membuktikan keseriusanmu akan niat tulusmu itu dengan segala cara. Perlahan tapi pasti, engkau luluhkan hati istrimu. Perlahan nan pasti, engkau membuatku percaya padamu.

Ya, engkau dan aku dipertemukan oleh Allah SWT melalui cara yang tak biasa. Tanpa proses pacaran dan bahkan harus berkomunikasi jarak jauh, Bandung - Madiun. Sejak memulai proses ta'aruf hingga waktunya mengucapkan janji suci, ijab kabul, engkau dan aku hanya beberapa kali saja bertemu, mungkin tidak lebih dari lima kali saja. Alhasil, setelah menikah, engkau dan aku harus melewati banyak sekali proses penyesuaian hingga akhirnya bisa melebur menjadi "Kita".

Pribadimu yang pemalu, tak membuatmu malu untuk turun tangan mencuci baju istri dan anakmu lalu menjemurnya di halaman. Pribadimu yang pendiam, tak membuatmu mati gaya setiap menciptakan rangkaian cerita dongeng, permintaan khusus anak - anakmu. Pribadimu yang tak banyak bicara, tak membuatmu risau tiap harus memandikan dan menyuapi anak - anakmu sedangkan istrimu terkadang harus terpapar kantuk karena kelelahan.

Ya, engkaulah lelakiku.

Mungkin pelukku tak sehangat senja
Ucapku tak menghapus air mata
tapi ku di sini sebagai lelakimu

Akulah yang tetap memelukmu erat
Saat kau berfikir mungkin kau berpaling
Akulah yang nanti menenangkan badai
Agar tetap tegar kau berjalan nanti

Sosokkmu sepintas terkesan dingin, tapi warna akhlakmu yang hangat itu mampu menghapus air mataku. Engkau selalu berusaha tak kenal lelah untuk memberikan contoh yang baik, meskipun terkadang sisi kelammu sempat menyurutkan langkahmu hingga menciptakan kesedihan tak terperi di diriku. Namun engkau selalu memelukku erat dan menenangkan badai di dalam diriku.

"Maafkan Ayah, Bunda"

Kalimat pendek, bermakna dalam, yang selalu tulus engkau ucapkan itu, selalu mampu membuatku bisa tetap tegar berjalan menghadapi masa depan.

Ya, aku memilih engkau sebagai lelakiku.

Kutulis surat cinta ini khusus untukmu, Duhai Suamiku. Perjalanan "Kita" yang baru berusia lima tahun ini masih panjang.

Setelah beberapa hari lalu "Kita" bersama - sama berjuang menghadapi badai kehidupan, engkau tetap memelukku erat, engkau rendahkan hatimu, engkau dinginkan egomu, engkau lawan kalutmu, engkau lapangkan jiwamu, engkau lembutkan ucapmu.

Ya, engkau terima dirimu apa adanya, engkau berdamai dengan masa lalumu, demi kebahagiaanmu, kebahagiaan istrimu, dan kebahagiaan anak - anakmu.

Demi Kita, bukan demi aku, dan bukan demi engkau semata.

Yuk, "Kita" kembali meluruskan langkah Lillahi Ta'ala Karena Allah SWT.
Mari "Kita" bertransformasi diri bersama membenahi fitrah peran yang sudah Allah SWT install dalam diri sehingga bisa turut menjaga amanah fitrah dalam diri anak - anak.
Alhamdulillah atas segala nikmat ini hingga "Kita" bisa senantiasa bersama membangun keluarga.
Semoga Allah SWT limpahkan keberkahan, sakinah, mawaddah, warrahmah dalam pernikahan "Kita".

Terima kasih banyak, Cinta

I Love You, My Beloved Halal Partner Till Jannah, because of Allah SWT...😘


Komentar