Periksa Mata Minus di Netra Klinik Spesialis Mata Bandung

Bandung, 6 Februari 2018
Pertengahan bulan Januari, saya sudah mulai masuk perkuliahan di semester baru. Sekarang merupakan semester ke-empat dan harapan saya merupakan semester terakhir di kuliah Magister. Meskipun semester ini saya cuma mengambil mata kuliah thesis dan 1 mata kuliah pilihan, seminggu sekali tetap hadir di kelas. Sekali lagi duduk manis di bangku kuliahan yang menghadap ke papan tulis. Ah, semester lalu kala duduk di baris ketiga, masih terlihat jelas apa saja yang ditampilkan di papan layar. Anehnya, sekarang mulai buram๐Ÿ˜“. Semakin saya mencoba fokus malah pandangan mata semakin terasa kabur. Huruf yang terlihat di depan bagaikan berbayang - bayang.

Saya memang berkacamata. Sejak duduk di kelas 2 SMP, saya mulai mengenakan kacamata. Dari yang cuma minus dibawah 1, tiap tahun pelan namun pasti meningkat. Hingga saat ini, saya yang sudah dikaruniai 2 anak dan sudah berusia kepala 3, minus di mata saya masih "bergerak". Alhasil saya pun tidak akan pernah bisa melakukan prosedur operasi lasik๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ. Kalau tidak salah, sepengetahuan saya, lasik diperbolehkan bila minus di mata sudah tidak bergerak lagi. Jadi minus di mata saya sudah nembus minus 5 dan minus 6. Yup, mata kiri dan kanan saya berbeda minusnya. Sekalipun kondisi mata saya minusnya besar, alhamdulillah saya tetap bisa melahirkan kedua buah hati saya secara normal. Dan sampai detik ini, mata saya tidak mengalami pecah pembuluh dan lain sebagainya. Hanya minusnya saja yang memang masih bergerak naik saja. 
Saya dan kacamata sudah bagaikan lem dengan perangko, kemana - mana harus dipakai terus, bahkan sering kelupaan lepas kacamata waktu tidur๐Ÿ˜
Baiklah, mau tidak mau saya harus mengunjungi klinik mata langganan saya sejak masih zaman kuliah sarjana dulu. Netra Klinik Spesialis Mata di jalan W. R. Supratman No. 17, Cihapit, Bandung Wetan, Kota Bandung. Hhhmmm....setelah saya ingat - ingat terakhir ke klinik Netra mungkin sekitar tahun 2007 / 2008 lalu. Karena selewat tahun itu, saya merantau ke kota lain dan baru balik menetap di Bandung lagi sekitar tahun 2013. Berhubung saya sudah "khatam" berkacamata dengan segala permasalahannya, setiap cek minus mata, saya selalu ke spesialis mata. Kenapa? karena dari pengalaman saya yang sudah - sudah, sejauh ini cek ke spesialis mata dibandingkan dengan cek ke optik, selalu lebih akurat bila cek langsung ke spesialis mata. Memang jatuhnya lebih mahal, tapi lebih puas. Selain hasil ceknya lebih akurat, saya pun bisa minta diresepkan vitamin dan tetes mata juga. Secara keseharian saya tidak lepas dari yang namanya layar hape dan layar laptop, mata selalu berada dalam kondisi lelah, sehingga perlu tuh yang namanya booster mata...๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†. Boosternya pakai vitamin dong yaaaa, bukan dengan oppa2 di drakor itu, hehe...๐Ÿ™Š๐Ÿ˜€
Ini penampakan meja pendaftaran sekaligus meja kasir dan resepsionis yang dilihat dari area tunggu pasien.
Pagi hari seperti biasa telpon dulu ke kliniknya, menanyakan jadwal dokter sekaligus mendaftar. Ternyata dapat yang jadwalnya diatas jam 2 siang. Baiklaaaah, siang menjelang sore naik motor kesayangan kesana. Sampai klinik, buka pintu masuknya sudah terlihat yang mana meja pendaftaran, yang mana optik, yang mana apotik, dan yang mana area tunggunya. Tanpa ba bi bu, langsung ke meja pendaftaran, konfirmasi soal telpon yang tadi pagi dan ditanya balik apakah sebelumnya sudah pernah kesini. Dan dengan ragu - ragu cuma bisa jawab, pernah kesini tapi sudah nyaris 10 tahun yang lalu mungkin. Mbak yang di meja pendaftaran pun mencoba searching ke data pasien, eh ternyata data saya masih ada dooong....yuhuuu, asyiiik (*lebay mode on). Data yang berbeda cuma alamat tinggal dan status *ups๐Ÿ˜‹๐Ÿ˜†.
Antrian pasien di area tunggu sebelum dipanggil ke ruang konsultasi dokter spesialis, ternyata tidak terlalu banyak, jadi bisa selesai cepat juga lho.
Sebelum bertemu dengan Dr. Susanti Natalya, S. SpM. M.Kes, saya dipanggil dulu untuk mengikuti serangkaian prosedur cek mata minus. Disuruh duduk dengan dagu di tempelkan ke alat seperti teropong gtu, trus diminta melihat angka dan huruf dari jarak jauh, dicek kacamatanya yang sebelumnya, pakai kacamata periksa yang lensanya bisa diganti - ganti itu, sampai diminta berjalan lurus bolak balik dengan kacamata periksa itu juga. Setelah prosedur itu selesai, saya iseng mencoba bertanya hasilnya, ternyata minus saya di kedua mata, masing - masing naik seperempat...huuuuffff๐Ÿ™ˆ, lumayanlah bisa bernafas lega, soalnya saya sempat mengira - ngira jangan - jangan naik banyaaak, eh trnyata ga, alhamdulillaaaah. 

Akhirnya nama saya dipanggil untuk masuk ketemu dengan bu dokter. Didalam, beliau bertanya, terakhir ganti kacamata kapan, pusing tidak, ada keluhan apa, dsb. Setelah meresepkan untuk kacamata baru, saya juga diberikan resep vitamin untuk diminum dan tetes mata untuk mata lelah merk Cendo. Kata bu dokter, tetes matanya alami, tidak ada pengawet, tidak seperti tetes mata yang sering dilihat iklannya ditelevisi itu๐Ÿ˜‰. Kemudian keluar ruangan konsultasi langsung menuju ke meja kasir. Ternyata untuk biaya periksa dokter mata di Netra dibandingkan biaya periksa anak ke dokter spesialis anak, lebih mahal biaya periksa dokter anak lho...hehe. Untuk biaya vitamin dan tetes mata justru malah lebih mahal dibandingkan biaya untuk ke dokter matanya๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„. Oh iya, berikut ini penampakan bagian dalam klinik Netra. Suasananya adeeem banget. Bagus, rapi, dan bersih๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘





Komentar