Mengenang momen kelahiran anak kedua, si anak lanang

Alhamdulillah wa Syukurillah 

Masya Allah... 😍

Pertengahan bulan Januari 2018, anak bungsu genap berusia 1 tahun. Ah, waktu terasa cepat sekali berlalunya. Masih berasa seperti kemaren, ujug - ujug, jam 10 malam ada perasaan bolak balik pengen nongkrong di toilet. Berapa kali bolak balik ternyata ga ada apa - apa. Namun setelah sekian kali, mendadak pas didalam toilet terasa ada yang mengalir, anehnya pas itu tidak kerasa pengen BAK, tapi ko ini mengalir dan tidak bisa direm. Wah, alarm di otak langsung berbunyi. Air ketuban bocor?! Ada kesadaran itu.

Waktu itu, alhamdulillah ko ya pas si teteh dah bobo pules, dan di rumah lagi ada uti sama akung yang lagi bersiap - siap mau istirahat, serta ayah yang ternyata masih terjaga karena masih ada yang dikerjakan di laptopnya. Keluar dari kamar mandi, tarik napas dalam - dalam (*bikin deg-deg-an juga bin rada panik sih), pasang wajah rileks dan tersenyum lebar sambil menghampiri si ayah lalu bilang terus terang kalau air ketuban merembes. Reaksi si ayah....ahaha...meskipun dah ada pengalaman mendampingi proses lahiran si sulung, tetep aja, semburat panik dan kaget terlihat di mimik wajahnya....πŸ˜†πŸ˜….

Tanpa ba bi bu, seperti yang sudah kami berdua rancang SOP-nya, ayah memastikan kondisi si teteh aman dan nyaman, menyiapkan segala keperluan si teteh kalau - kalau proses lahiran adiknya memakan waktu, ketuk kamar uti dan akung buat menyampaikan berita ini sekaligus nitipin si teteh, lanjut masukin tas lahiran dan menyiapkan surat - surat serta mobil. Saya pun langsung ganti baju, tapi dalam "slow mode"....mau tidak mau speed bergeraknya harus pelan - pelan, biar air ketuban tidak semakin pecah. Tak lupa telpon dulu ke teteh bidan, rahmadani, dari Bumi Ambu. Seperti yang disarankan oleh teteh bidan, kami diminta ke Bumi Ambu dulu untuk cek semua kondisi. Sampai di Bumi Ambu waktu sudah menjelang tengah malam. 

Setelah melewati serangkaian prosedur cek dan ricek, ternyata dirujuk ke rumah sakit karena air ketuban sudah mulai berubah warna. Kenapa harus dirujuk? Karena di Bumi Ambu tidak memiliki peralatan medis untuk intervensi hal kegawat-daruratan untuk proses bersalin. Bahkan infus pun tidak ada. Ya karena kan Bumi Ambu memang klinik bersalin yang mengedepankan proses bersalin alami yang minim intervensi medis apapun. Jadi mengingat ketuban sudah merembes, warnanya juga sudah berubah menjadi hijau, yang artinya tingkat oksigen di rahim sudah berkurang, yang artinya lagi, si debay bisa kekurangan oksigen, sehingga saya memerlukan peralatan medis yang lebih rumit lagi, maka teteh bidan okke merujuk ke RS. Tapi saya pun meminta rekomendasi rumah sakit yang masih mau mengusahakan pro normal dan dokter serta bidan serta staf perawat perempuan (mengingat saya muslimah dan berhijab). 

Akhirnya, saya dirujuk ke RS Al Islam Cicadas dengan dokter kandungan yang bernama dokter delle. Sampai dirumah sakit rujukan, jam sudah menunjukkan menjelang jam 2 malam. Begitu datang, langsung pasang infus, suntik sana sini...😒. Tapi anehnya saya tenang-tenang saja, karena setiap mau pasang ataupun tusuk menusuk, bidan dan perawat selalu mengucapkan doanya Nabis Yunus yang waktu tertelan ikan paus. Nyeesss.....hati benar terasa lebih adem. Hati adem, pikiran pun bisa lebih jernih. Alhamdulillah, dicek dalam ternyata sudah bukaan 2. Dan kualitas kontraksi juga bagus. Denyut jantung si adek juga bagus. Jadi pihak rumah sakit mau menunggu untuk lahiran normal. Duuuuuhhh.....rasa - rasanya seperti dapat emas bergunung - gunung, senengnya minta ampun, bisa ditakdirkan bertemu rumah sakit yang mau respek sama ibu yang mau melahirkan...😊😊😊

Akhirnya pagi hari, jam 06.40, setelah melewati 8,5 jam perjuangan melahirkan, si bungsu, anak lanang ini pun akhirnya lahir. Tapi saya masih belum bisa gendong karena ternyata nafas si adek cepat, jauh dari ambang batas normalnya bayi baru lahir, jadi harus diobservasi intensif selama 3 hari. Dan baru pada hari ketiga setelah melahirkan, saya diizinkan menggendong dan menyusui langsung. Ternyata benar apa kata para pakar, proses kelahiran anak kedua memang cenderung lebih singkat dari yang pertama. Dan rasa sakitnya pun tidak sesakit yang pertama. Saya membuktikan semua teori itu lho. Dulu waktu si teteh mau lahir, kontraksi sudah mulai dari jam 1 siang, dan baru lahir esok harinya jam 6 pagi. Kurang lebih 17 jam, saya harus berjuang waktu melahirkan si sulung. Karena saking lamanya, semenjak itu saya sempat mengalami trauma...πŸ˜”πŸ˜–

Bahkan saat hamil anak kedua pun rasa takut itu selalu ada. Alhasil mau tidak mau, saya harus belajar melawan rasa trauma itu. Dengan bantuan Bidan Okke Evriana dari Bumi Ambu melalui sesi konsultasi dan menyelesaikan PR yang diminta, saya belajar menenangkan diri, meminimalisir kegelisahan, belajar menerapkan Hypnobirthing (makasih banyak teh okke dan teh dani😍). Yup, bumil dapat PR yang harus dikerjakan agar bisa lahiran normal lho. Salah satu PR-nya adalah diminta rutin setiap hari ada sesi jalan kaki. Saya juga rutin mengikuti prenatal yoga bersama teh nena di galenia bandung (makasih banyak teh nena😍). Alhamdulillah, saya merasakan hasil nyatanya....πŸ‘ŒπŸ‘πŸ‘πŸ‘

Waktu melahirkan si bungsu, sampai bukaan 5 mau ke bukaan 6, saya masih bisa jalan sendiri ke kamar mandi. Tapi waktu sudah masuk bukaan 6, saya sudah mulai tidak sanggup untuk turun dari ranjang bersalin. Sangat berbeda dibanding waktu melahirkan si sulung yang pada waktu itu saya notabene belum mengenal hypnobirthing dan belum mempraktekkan prenatal yoga. Alhasil, semenjak bukaan 1 sampai lahir si sulung, saya sama sekali tidak sanggup untuk turun dari ranjang bersalin, cuma bisa rebahan dan rebahan saja. Saat itu, baru bukaan 1 saja, rasa sakitnya sudah tak tertahankan. Lain halnya dengan si adeknya, dari bukaan 1 sampai bukaan 5, saya bisa tersenyum dan merasakan gelombang cinta dengan lebih tenang. 

Yup, hamil dan melahirkan memang proses panjang dan melelahkan, baik untuk anak pertama, kedua, dan seterusnya (ups, kode...ahaha). Namun kalau dijalani dengan penuh keikhlasan, syukur dan cinta, akan ada banyak momen dan kisah "indah" yang bisa kita kenang dan bisa kita ceritakan kembali ke anak - anak. 

Love you all, my kiddos...😘😘😘
and, Love you forever ever till jannah to my beloved husband, yang selalu mau terlibat dalam setiap proses kehamilan dan kelahiran anak - anaknya...😘😘😘

Komentar